Penanganan
kasus HIV/AIDS di Indonesia harus dilakukan dari hulu dan hilir, demikian
diungkapkan Menteri Kesehatan RI Nafsiah Mboi dalam konferensi pers di
Departemen Kesehatan RI hari ini, menyambut Hari AIDS se-Dunia yang jatuh Sabtu
(1/12).
Penangan hulu termasuk pendekatan masyarat dari sisi agama, pendidikan
kesehatan reproduksi, hingga pendidikan tentang bahaya narkotika, sedangkan
penangan hilir antara lain meliputi pengobatan penyakit kelamin dan anjuran
memakai kondom untuk mereka yang melakukan hubungan seks berisiko.
Nafsiah juga menekankan tentang
pentingnya kesetaraan gender dalam menangani permasalahan HIV/AIDS yang
menyangkut hubungan seks berisiko yang menjadi salah satu penyebab utama
penyebaran penyakit ini. Ketimpangan gender di Indonesia untuk hubungan seksual
masih mengkhawatikan. Pasalnya seringkali wanita tidak berdaya ketika pria
menolak memakai kondom ketika berhubungan seksual. Hal inilah yang menjadikan
wanita sangat rentan terinfeksi HIV. Wanita yang dimaksudkan bukan hanya wanita
pekerja seks komersial, tetap juga ibu rumah tangga.
"Angka ibu rumah tangga
terkena HIV justru lebih tinggi daripada wanita pekerja seks. Hal ini ironis
karena ibu rumah tangga cenderung berada pada lingkungan yang tidak
beresiko," ujar Nafsiah.
"Ibu rumah tangga dengan HIV
apabila hamil dapat mudah menularkan ke anak yang dikandungnya, meskipun ada
kemungkinan tidak," tambahnya.
Hal inilah yang melatarbelakangi
tema yang diusung pada Hari AIDS Sedunia 2012 yang bertepatan pada tanggal 1
Desember, yaitu "Lindungi Perempuan dan Anak dari HIV dan
AIDS".
Hari Peringatan Nasional ini akan
ketuai oleh Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
Perlindungan terhadap wanita dan anak terhadap HIV/AIDS sangat berkaitan dengan
kesadaran pria dalam melakukan hubungan seks beresiko. Oleh karena itu,
penanganan hulu agar pria sebaiknya mendekatkan diri dengan agama dan mencintai
keluarganya sangat disarankan.
Namun jika hal itu terlalu sulit
dilakukan maka perlunya penanganan hilir, yaitu kesadaran pemakaian kondom.
Pentingnya kesadaran bagi pria yang melakukan seks beresiko dalam menggunakan
kondom perlu ditekankan. "Pria memiliki kecenderungan untuk membayar
tinggi supaya enak, tapi dengan membayar sedikit lebih banyak 10.000-15.000
(untuk pembelian kondom) dia sudah bisa menyelamatkan bangsa, negara, serta
keluarganya," kata Nafsiah.
Penanggulangan HIV/AIDS merupakan
salah satu target dalam Millenium Development Goals (MDG) yang belum dapat
tercapai dengan penularan yang masih terjadi dan ada pergeseran penularan dari
penggunaan jarum suntik narkoba menjadi hubungan seks.
"Saat ini penggunaan kondom
menurun sementara orang dengan seks berisiko meningkat," kata Menkes
mengenai pergeseran penularan tersebut. Pada 2012, pola penularan tertinggi
yaitu melalui transmisi seksual sebesar 81,8 persen diikuti oleh penularan
akibat penggunaan alat suntik tidak steril sebesar 12,4 persen.
Berdasarkan jenis kelamin,
penderita kasus AIDS adalah 61,8 persen laki-laki dan 38,1 persen perempuan dan
terjadi peningkatan jumlah kasus HIV dan AIDS pada perempuan yang tidak
berperilaku seksual beresiko tinggi namun tertular dari pasangan tetapnya
(suami) yang berperilaku seksual berisiko tinggi amat memprihatinkan.
Menkes
memaparkan kerentanan perempuan terhadap HIV lebih banyak disebabkan
ketimpangan gender yang berakibat pada ketidakmampuan perempuan untuk
mengontrol perilaku seksual atau menyuntik narkoba dari suami atau pasangan
tetapnya. "Laki-laki
itu penentu, mau pakai kondom atau tidak. Posisi tawar perempuan sangat rendah
untuk ini. Ini masalah ketimpangan gender," kata Menkes.
|