Kebesaran arti pertempuran
Surabaya, yang kemudian dikukuhkan sebagai Hari Pahlawan, bukanlah hanya
karena begitu banyaknya pahlawan - baik yang dikenal maupun tidak di
kenal yang telah mengorbankan diri demi Republik Indonesia. Bukan pula
hanya karena lamanya pertempuran secara besar-besaran dan besarnya
kekuatan lawan. Di samping itu semua, kebesaran arti pertempuran
Surabaya juga terletak pada peran dan pengaruhnya, bagi jalannya
revolusi waktu itu. Pertempuran Surabaya telah dapat memobilisasi rakyat
banyak untuk ikut serta, baik secara aktif maupun pasif, dalam
perjuangan melawan musuh bersama waktu itu, yaitu tentara Inggris yang
melindungi atau menyelundupkan NICA ke wilayah Indonesia.
Pertempuran Surabaya juga telah menyebarkan, ke daerah-daerah yang
paling jauh di Indonesia, kesadaran republiken, patriotisme yang tinggi,
solidaritas seperjuangan di kalangan berbagai suku, agama, keturunan.
Pengaruhnya bagaikan nyala api besar yang membakar semangat perlawanan
sehingga muncul juga pertempuran di banyak tempat di Indonesia. (Untuk
menyebut sekedar sejumlah kecil di antaranya : di Jakarta pada tanggal
18 November, di Semarang tgl 18 November, di Riau tanggal 18 November,
di Ambarawa tanggal 21 November, di pulau Bangka 21 November, di
Brastagi tanggal 25 November, di Bandung tanggal 6 Desember, di Medan 6
Desember, di Bogor tanggal 6 Desember).
Ciri utama berbagai perjuangan yang meletus di banyak kota dan daerah di
Indonesia adalah bahwa peristiwa-peristiwa itu mendapat dukungan besar
moral dan material dari rakyat, yang berarti juga telah menggugah rasa
kebersamaan patriotik dalam perjuangan, dan dalam skala yang luas. Dalam
kaitan ini, patut dikenang bersama betapa banyaknya dapur-dapur umum
yang telah diselenggarakan oleh rakyat di mana-mana bagi mereka yang
berjuang, tanpa imbalan apa pun juga. Juga, betapa banyaknya rombongan
pemuda-pemuda yang berbondong-bondong menuju daerah pertempuran.
Artinya, perjuangan melawan tentara Inggris (dan NICA) telah menggugah
semangat patriotisme yang lintas-suku, lintas-agama, lintas-keturunan
ras, dan lintas-aliran politik. Dengan semangat itu jugalah, rakyat
Indonesia kemudian meneruskan, antara tahun 1945 sampai 1949, perjuangan
melawan Belanda, sesudah tentara Sekutu (Inggris) meninggalkan
Indonesia.
Dalam merenungkan kembali pertempuran Surabaya (dan juga
pertempuran-pertempuran lainnya yang terjadi di banyak tempat di negeri
kita) maka terbayanglah betapa indahnya suasana revolusi waktu itu,
ketika patriotisme yang tinggi dan semangat sedia berkorban demi
kepentingan rakyat dan bangsa menjadi kebanggaan umum. Suasana revolusi
waktu itu telah memberikan pendidikan moral yang besar bagi banyak
orang.
Sesudah bangsa kita melewati masa gelap Orde Baru, ketika api
patriotisme sudah dibikin pudar dan semangat kerakyatan sudah dibikin
semaput selama puluhan tahun, maka patutlah kiranya kita tetap menyimpan
harapan bahwa bangsa kita akan bisa menemukan kembali arah besar yang
sudah ditunjukkan oleh para pejuang perintis kemerdekaan dan para
pahlawan yang sudah mendahului kita, yaitu : dengan jiwa Bhinneka
Tunggal Ika mengabdi terus kepada kepentingan rakyat secara tulus!